Ingin Doa Dikabulkan, Lakukan 8 Langkah Berikut Ini
Islamedia - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika ada seseorang
yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya
dengan tangan hampa” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Hadits tersebut menggambarkan bahwa Allah senantiasa mengabulkan do’a
hamba-Nya yang memohon kepada-Nya. Ada beberapa bentuk pengabulan do’a,
yaitu dikabulkan di dunia, ditangguhkan sampai hari kiamat, dan sebagai
penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa seorang hamba1. Akan tetapi, do’a akan dikabulkan hanya jika syaratnya terpenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah:
Pertama,
ikhlas. Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan
berdo’a hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik
dalam cara dan madzhab mereka2.
Kedua, ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam segala bentuk ibadah. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzaab 21)
Ketiga, yakin bahwa do’anya akan dikabulkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin akan terkabulnya do’a itu”
(HR. Tirmidzi).
Jika seorang hamba berdo’a kepada Allah sementara ia
tidak yakin Allah akan mengabulkan do’anya, maka itu adalah sebuah
kesia-siaan. Umar Ibnul Khattab pernah mengatakan, “Aku tidak membebani diriku dengan keinginan untuk terkabulnya do’a. Aku hanya ingin berharap agar tetap bisa berdo’a”3. Allah berfirman (yang artinya), “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir 60).
Keempat, kekhusyukan di hadapan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seseorang yang lalai dan tidak serius” (HR. Tirmidzi). Seringkali seseorang berdo’a setelah sholat namun tidak merasakan apa yang diucapkannya.
Seorang tabi’in pernah mengatakan, “Sungguh, aku tahu kapan do’aku akan dikabulkan”. Mereka bertanya, “Bagaimana itu bisa?” Ia menjawab, ”Jika hatiku telah khusyuk, kemudian badanku juga ikut khusyuk, dan aku pun mengalirkan air mata. Ketika itulah aku mengatakan do’aku ini akan dikabulkan”4.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Tahukah kalian bagaimana seharusnya seorang muslim berdo’a?” Mereka bertanya, “Bagaimanakah itu wahai Imam?” Beliau menjawab, “Tahukah kalian bagaimana seseorang yang berada di tengah gelombang lautan, sementara ia hanya memiliki sebatang kayu, dan ia pun
akan tenggelam? Kemudian orang ini berdo’a dengan mengatakan, ‘Ya
Rabbi, selamatkanlah aku! Ya Rabbi, selamatkanlah aku!’ Maka demikianlah
seharusnya seorang muslim berdo’a (kepada Allah)”5. Hal
ini memperlihatkan bahwa sudah selayaknya seorang hamba yakin bahwa
tidak ada lagi yang mampu menyelamatkannya selain Rabbnya sehingga ia
akan kembali kepada-Nya dalam keadaan apapun dan berdo’a kepada-Nya
karena rasa membutuhkan yang lahir dari kelemahan diri. Allah berfirman
(yang artinya), “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan jika ia berdo’a kepada-Nya…” (QS. An Naml 62).
Kelima, tidak isti’jal (tergesa-gesa minta cepat terkabulnya do’a). Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan
dikabulkan do’a seseorang di antara kalian sepanjang ia tidak
tergesa-gesa. Ia berkata, ‘Aku telah berdo’a dan berdo’a, namun aku
tidak melihat terkabulnya do’aku’, sehingga ia pun tidak lagi berdo’a”
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah). Orang yang
tergesa-gesa dalam berdo’a kemudian meninggalkannya karena merasa tak
juga dikabulkan do’anya bagaikan orang yang menanami ladangnya dengan
menabur benih. Namun ketika benih itu mulai tumbuh, ia mengatakan, “Agaknya benih-benih ini tidak akan tumbuh”, dan kemudian ia meninggalkannya begitu saja.
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Allah bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, apakah hamba-Ku berdo’a kepada-Ku?” Jibril menjawab, “Ya”. Allah bertanya lagi, “Apakah ia menghiba kepada-Ku dalam meminta?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka Allah berfirman, “Wahai Jibril, tangguhkanlah (pengabulan) permintaan hamba-Ku, sebab Aku suka mendengar suaranya”6.
Keenam, hanya makan yang halal, termasuk di dalamnya adalah menghasilkan harta dari sesuatu yang halal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah
memerintah orang-orang mukmin seperti apa yang diperintahkan-Nya kepada
para Rasul” (HR. Muslim, Tirmidzi). Dalam firman-Nya, Allah memerintahkan (yang artinya), “Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yng baik-baik, dan kerjakanlah amal sholih…” (QS. Al Mu’minuun 51).
Ketujuh, tidak berdo’a untuk sesuatu yang berdosa. Dari Abu Said, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
seorang muslim berdo’a dan tidak memohon sesuatu yang berdosa atau
pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah salah satu dari
tiga: Akan dikabulkan do’anya, atau ditunda untuk simpanan di akhirat,
atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya” (HR. Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478)7.
Kedelapan,
husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah bahwa Dia akan mengabulkan do’a
kita. Kalaupun tak dikabulkan, itu karena hikmah yang Allah lebih
mengetahuinya. Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman (yang artinya), "Aku bergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku" (HR Bukhari).
__________________________________________________________________
1 Amru Khalid. Ibadah Sepenuh Hati, cet ke IX. Solo: PT Aqwam Media Profetika. Hal 172
2 Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih. Kesalahan Dalam Berdo'a. Diterjemahkan oleh Zaenal Abidin, Lc. Darul Haq.
3 Amru Khalid. Ibadah Sepenuh Hati, cet ke IX. Solo: PT Aqwam Media Profetika. Hal. 174
4 Ibid. Hal 175
5 Ibid. Hal 176
6 Ibid. Hal 177
7 Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih. Kesalahan Dalam Berdo'a. Diterjemahkan oleh Zaenal Abidin, Lc. Darul Haq.
Penulis: Rakhma Kusuma Wardhani
www.remajaislam.com
0 komentar: