Cerita Inspirasi Umroh : Ingin dan Niat Berhaji dan Berumroh
Ingin naik haji dalam kontek umum, memang agak beda dengan kontek judul film Emak Ingin Naik Haji. Yang pertama adalah hanya sekedar ingin. Sementara dalam film tersebut, Emak sudah memiliki keinginan yang besar. Emak sudah bercita-cita dan mematri di hatinya untuk bisa naik haji. Bahkan Emak sudah berniat naik haji, bukan sekedar ingin naik haji. Menurut saya sih…ingin naik haji berbeda dengan berniat naik haji. Banyak diantara kita mencampur-adukkan keduanya.
Misalnya kita ditanya seorang teman atau ustadz, “Ingin naik haji, enggak?”
Jawabnya pasti kor. “Ingiiin!”
Namun saat ditanya, “Sudah berniat naik haji?”
Jawabnya tidak jelas, dengan beragam alasan sebagai ganti kata belum atau nanti dulu.
Ungkapan “ingin” (sekedar lamis, cuma di bibir, sebuah ungkapan datar-datar saja) naik haji, menurut saya, hanya sekedar angan-angan bolong. Terwujud syukur, tidak terwujud juga tak bersedih. Tidak ada action apa-apa. Ya, mirip-mirip dengan nato (not action talk only) atau omdo (omong doang). Keinginan itu dibiarkan saja apa adanya, tanpa dirawat atau dilanjutkan dengan tindakan apapun. Meski ini pun patut disyukuri daripada hampa tak memiliki harapan sama sekali. Sementara niat, sudah masuk ke relung hati dan terpahat. Selanjutnya diikuti sebuah action. Suatu rencana tahap demi tahap sesuai kemampuannya, lahiriyah dan bathiniyah.
Langkah sederhana misalnya, ya membuka tabungan haji. Menghadiri undanganwalimatussafar tetangga, sahabat dan kolega, atau pengajian seputar haji. Membaca buku-buku haji dan care terhadap berita-berita haji. Juga ikut (bukan ikut-ikutan) manasik haji.
Ada yang lebih mudah lagi. Beli poster gambar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, lalu pasang di tempat yang mudah dipandangi, biar kerinduan hati menggelora. Biar rasa ingin tadi berubah jadi ingin banget sehingga menggedor-gedor hati untuk mulai melangkah. Mengalami metamorphosa menjadi niat yang menggebu-gebu. Tips satu ini Anda boleh tersenyum (aneh) alias tak percaya. Tapi saran saya, coba saja lakukan! Anda akan memetik keajaiban, he.he..
Kisah dalam film Emak Ingin Naik Haji, memberikan banyak pelajaran bagi kita. Seorang Emak dengan keterbatasan materi, menetapkan niat untuk naik haji. Niat itupun dipelihara dengan sepenuh hati, dengan selalu berdoa dan menabung. Betul! Emak menabung Rp1 juta tiap tahun. Sehingga dalam hitungan Emak, dirinya baru bisa membayar Ongkos Naik Haji alias ONH, saat ini disebut BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) setelah umurnya 86 tahun. Namun Emak tak peduli, ia tetap menabung. Emak sudah melangkah nyata. Sudahaction. Emak juga merawat dengan sepenuh hati buku Sejarah Mekkah pemberian anak tetangganya yang kaya raya. Sering dipandangi, ditimang-timang dan dipeluknya buku tersebut sambil meresapi, nikmatnya bisa berangkat haji.
Akhirnya si Emak pergi haji dengan dibiayai tetangganya, sebagaimana dalam Film “Emang Ingin Naik Haji”
0 komentar: